RRR


web widgets

mouse

Toad Jumping Up and Down

Rabu, 25 Februari 2015

Buanglah Sampah Pada Tempatnya... “Sungai” Katanya???


Minggu, 15 Februari 2015 14:00:53
Reporter: M. Yazid

blokBojonegoro.com - Baru sebulan ini Kabupaten Bojonegoro dirundung bencana. Kerugiannya mencapai sekitar Rp13 miliar. Bencana itu mulai dari banjir bandang, banjir Bengawan Solo, kebakaran, kegagalan industri, tersambar petir dan lain sebagainya.

"Tahun 2015 ini sudah ada 46 kejadian," kata Bupati Bojonegoro, Suyoto.

Ia menjelaskan, kerugian banjir bandang 14 kejadian mencapai Rp829 juta lebih, angin kencang 8 kejadian Rp 93 juta, kebakaran 5 kejadian Rp12 miliar dan beberapa kejadian bencana lainnya.
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
( 1949, Chairil Anwar )
Itulah sebait berita dan puisi yang menggambarkan kesedihan lingkungan karena ulah kita saat ini...
Akhir ini, bumi menjadi tempat yang semakin tidak layak untuk ditinggali. Hal ini disebabkan karena pemanasan global yang disebabkan dengan merusak lingkungan. Salah satu hal yang berupa penyebab kerusakan lingkungan adalah pembuangan sampah pada tempatnya ( “Sungai” katanya )
Sekarang lingkungan hidup kita semakin hari semakin menunjukkan tanda-tanda kerusakan parah. Banyak seminar-seminar berbicara mengenai pemanasan global, juga banyak gerakan-gerakan untuk mengurangi sampah di berbagai tempat dan menjaga kebersihan air. Namun, usaha-usaha kita dalam mengurangi kerusakan nampak sedikit menuai hasil. Hutan masih dibabat demi mebel-mebel yang kita gunakan dan bahan bakar fosil kita gunakan untuk transportasi kita. Demi mencapai situasi lingkungan yang baik, kita perlu bertindak dengan lebih cerdas, efektif, dan efisien.
Untuk mencari solusi dari masalah ini, kita harus tahu apa akar dari kerusakan lingkungan kita ini. Menurut saya, yang menjadi akar utama dari kerusakan lingkungan kita adalah kurangnya pendidikan.
Kenapa kurangnya pendidikan???
Saya menyimpulkan bahwa kurangnya pendidikanlah yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup karena rata-rata orang yang merusak lingkungan hidup adalah orang yang kurang berpendidikan. Pendidikan di sini tidak hanya berarti pendidikan akademis, namun juga moral. Ada orang yang pendidikan akademiknya baik, namun, moralnya kurang, dan sebaliknya. Kurangnya pendidikan membuat orang tidak menyadari akibat perbuatan yang dilakukannya.
Contoh nyatanya banyak terjadi di hutan-hutan di daerah Dander. Banyak perusahaan tetap mengambil kayu-kayu sekalipun mereka pasti sudah tahu tentang pemanasan global. Apakah mereka peduli? Tidak. Mereka hanya peduli pada uang. Uang telah membutakan mata hati mereka, sehingga mereka kehilangan moral mereka, yang mungkin pernah mereka miliki. Mereka tidak dapat berpikir lagi dengan benar, karena mereka hanya melihat alam seperti benda mati. Padahal alam itu sesuatu yang hidup, yang akan mati bila dirusak terus menerus. Saya yakin ketika alam mati, uang tidak akan punya arti lagi.
Ada juga orang-orang yang mau melestarikan alam, tapi tidak memiliki cukup pengetahuan untuk hal tersebut, atau diperdaya oleh orang lain karena minimnya kemampuan akademisnya. Biasanya hal seperti ini terjadi di desa-desa dan daerah-daerah yang terpencil, dimana mereka ditipu oleh orang-orang yang berniat mengeruk kekayaan alam tanpa henti.
Selain itu, ada juga orang yang sengaja membuang sampah di Sungai Bengawan Solo. Biasanya yang dibuang adalah plastik dan styrofoam. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang kekurangan pendidikan moral dan akademik. Karena mereka tidak mencintai lingkungan tempat mereka tinggal dan mereka tidak tahu sampah yang mereka buang bisa berbahaya bagi kehidupan lain. Tidak hanya lingkungan tempat tinggal manusia yang menjadi tidak sehat, namun dengan membuang sampah ke sungai, kita membahayakan makhluk hidup lain yang tinggal di air.
Lambat laun aliran sungai akan semakin bersih dan tampak indah dengan berbagai sampah yang menghiasinya lalu pada akhirnya hiasan – hiasan itu akan memenuhi kota bjonegoro saat banjir itu mulai datang.Setelah puas air dan sampah itu mempercantik kota Bojonegoro lalu kemudian air itu akan terus mengalir jauh  dan jauh hingga sampai ke laut, hewan-hewan laut tertentu akan mengira sampah plastik sebagai makanannya-karena mirip ubur-ubur- dan setelah memakannya, hewan itu akan mati atau ada hewan yang mati karena kesulitan bernapas akibat terjerat plastik. Walau kita tidak sadar, ternyata kita sudah menjadi pembunuh kejam apabila kita terus merusak lingkungan dengan membuang sampah sembarangan.Sudah jelas terbukti seperti itu para pembunuh – pembunuh itu masih juga bebas dan bersantai membuang sampah di pinggir sungai.Terbuat dari apakah hati kita ?
Saat para koruptor terlihat dibekuk oleh polisi, hati kita merasa senang karena pada dasarnya para koruptor adalah penyebab terbesar kehancuran hidup kita, lalu apa bedanya dengan kita sekarang? Membuang sampah semabarangan di sungai????Lalu apa gunanya tulisan “ Buanglah Sampah Pada Tempatnya ??” apa itu hanya sebuah hiasan dinding saja ???
Dunia berkembang semakin pandai juga manusia di dunia ini, hingga bukan hanya anak usia pra sekolah saja yang membuang sampah pada tempatnya ( sungai katanya ) tapi orang – orang dewasa juga mengikuti gaya anak – anak ini ??
Hebat kan Indonesia?? Jelas Hebat kan tempat sampahnya luas sampai bisa menutupi tempat tinggal.Itulah maksud dari tulisan “ Buanglah Sampah Pada Tempatnya” , sampah di buang pada tempat yang mereka tahu dan itu sebenarnya bukan tempatnya.

Dampak kerusakan lingkungan hidup bagi dunia…!!
Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya merugikan manusia, namun juga merugikan makhluk hidup lain di bumi. Hewan-hewan akan banyak yang punah, karena kemampuan penyesuaikan diri mereka sangat kurang dibandingkan dengan manusia. Virus-virus dan bakteri-bakteri akan bermutasi menjadi spesies-spesies baru yang bisa menyebabkan penyakit-penyakit yang mematikan.
          Manusia sendiri pasti akan kehilangan hidup yang nyaman apabila lingkungan rusak. Banjir terjadi di mana-mana, kekeringan juga terjadi di berbagai tempat. Selain itu akan sering terjadi gagal panen. Hal-hal ini bisa terjadi karena kerusakan lingkungan yang terutama melibatkan hutan dapat menyebabkan pemanasan global atau global warming.
Apabila kita tidak segera menyelamatkan lingkungan hidup kita, lama-lama makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan akan segera punah, dan tak lama setelah mereka punah, giliran terakhir untuk punah akan disandang oleh kita semua yang disebut spesies terpandai di muka bumi, yakni manusia.
Solusi…
Kita seringkali berpikir muluk-muluk apabila memikirkan tentang solusi, apalagi bila dikaitkan dengan pemerintah. Kita bisa mencaci maki pemerintah karena belum berhasil mengelola lingkungan hidup kita dengan baik dan tidak menyeluruh.
Sebenarnya, semua solusi ada dalam diri kita masing-masing. Namun, untuk memulainya butuh keberanian. Kita bisa dimaki orang lain karena dianggap sok bersih, juga dianggap aneh karena tidak mengikuti trend buang sampah di semua tempat. Yang paling penting adalah jangan pernah setengah-setengah setelah memulai tindakan penyelamatan lingkungan.
Jika kita hanya menunggu pemerintah bertindak di lingkungan kita, saya rasa kita tidak bisa banyak berharap. Kenapa?
Karena, apabila pemerintah memulai tapi kita, sebagai warga negara Indonesia, belum siap memulai, usaha pemerintah itu tidaklah berguna. Ingatlah bahwa kita menganut sistem demokrasi, yang berarti pemerintahan berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kalau bukan kita, sebagai rakyat, yang bertindak, maka pemerintah tidak akan pernah berhasil dalam menjalankan programnya, sebaik apapun program itu, pasti gagal.
Tahap paling awal dalam rangka menyelamatkan lingkungan hidup, adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kenapa kita mulai menyelamatkan lingkungan dari pendidikan?
Jawabannya adalah: Seperti membangun rumah, untuk membuat rumah yang tahan gempa, kita harus meletakkan fondasi yang kuat. Pada kasus ini, pendidikanlah fondasinya. Apabila pendidikan yang diberikan tidak baik dan tidak sesuai, maka tidak akan mampu mengubah pikiran rakyat agar mau menyelamatkan lingkungan. Dalam keadaan demikian, sekalipun lingkungan berhasil diperbaiki, hal tersebut tak akan berlangsung lama dan akan segera kembali ke situasi semula.
Apabila kita sudah berpendidikan, kita pasti akan berusaha menyelamatkan lingkungan, karena, kita masih punya hati untuk mencintai lingkungan tempat kita tinggal, dan kita juga mampu berpikir untuk jangka panjang, yang berarti kita akan otomatis menyadari cara menyelamatkan lingkungan hidup kita. Keinginan untuk menyelamatkan tersebut timbul karena kesadaran kita akan apa yang akan terjadi pada hidup manusia apabila manusia kehilangan tempat hidupnya.
Kita sangat membutuhkan generasi muda dalam menyelamatkan lingkungan hidup, karena merekalah kunci penyelamatan hidup manusia masa depan. Merekalah yang harus kita bentuk untuk memiliki visi mengenai lingkungan yang baik. Harus kita sadari juga, bahwa dalam meningkatkan kualitas generasi muda, sangat dibutuhkan bantuan banyak pihak dalam bidang pendidikan dan tidak mudah dilakukan. Bantuan mungkin agak sulit didapat dan diberikan ke pihak yang membutuhkan, namun, dengan usaha keras, pastinya kita akan mendapatkan generasi muda yang mampu menyelamatkan bumi kita.
Tentunya untuk menyukseskan segala usaha penyelamatan lingkungan, bantuan dari pemerintah setempat sangatlah penting. Pemerintah harus mendirikan lembaga-lembaga yang efektif dan tidak korup, serta mau terjun langsung ke lingkungan hidup yang membutuhkan bantuan, bukan cuma membuat undang-undang dan anggotanya duduk-duduk di kantor. Karena sekarang bukan zamannya lagi untuk berteori. Sekaranglah saatnya kita bertindak nyata dalam menyelamatkan lingkungan hidup kita!
Bukan hanya para guru yang harus kita dorong untuk lebih maju mengari para generasi penerus kita tapi semua orang dapat mengajari para generasi kita untuk memahami slogan “ Buanglah Sampah Pada Tempatnya”.
Dimulai dari keluarga, kemudian akan terus berlanjut ke lingkungan dan pada akhirnya makna dari tulisan ini akan terus terjaga hingga sampai ke anak cucu kita kelak.
Marilah kita mulai menyelamatkan bumi ini dari kerusakan yang kita timbulkan sendiri, janganlah merasa terlambat. Seperti Tuhan yang selalu mengampuni kita semoga lingkunganpun mau mengampuni kita yang telah merusaknya.
Dari pepatah dahulu mengatakan berakit – rakit ke hulu berenang renang kemudian, mari kita mulai menyelamatkan lingkungan kita dari sekarang dan semoga akan bermanfaat kemudian hari.
Terima kasih Tuhan,
Terima kasih Lingkunganku,
Terima Kasih Ilmuku,
Maafkan kami yang tak mempedulikan keindahanmu..